Sabtu, 09 Desember 2017

Saljuk

DINASTI SALJUK


A.Dinasti Saljuk

Saljuk adalah sebuah dinasti Muslim-Sunni yang dari abad ke-11 sampai abad ke-14 menguasai Asia Tengah dan Timur Tengah. Mereka mendirikan Kesultanan Islam yang dikenal dengan nama kesultanan Saljuk Agung. Wilayah kekuasaan Kesultanan Saljuk terbentang dari Anatolia sampai Rantau Punjab di Asia Selatan. Suku Oghuz Turki yang berasal dari Asia Tengah mendirikan dinasti ini. Menjelang akhir abad ke-2 H/ke-8 M, orang-orang Oghuz pindah ke arah barat melalui dataran tinggi Siberia ke Laut Arab, dan sebagian lagi ke wilayah Rusia. Pada mulanya, kepala suku mereka yang bernama Saljuk (dari kabilah Qiniq sebagai pemimpin klan Ghuzz Turki atau Oghuz) masuk Islam sekitar tahun 956 M. Saljuk (saljuq) bin Taquq (Duqaq) yang bergelar Timuryaligh adalah seorang pemimpin orang-orang Turki yang tinggal di Asia tengah (tepatnya Transoxania atau Ma Wara’al-Nahar atau Mavarranahr), kira-kira 80 mil dari Bukhara.

Saljuk bin Duqaq (yang dikenal sebagai seorang pemimpin konfederasi suku-suku Turki yang mengabdi kepada salah seorang Khan di Turkistan) mempersatukan suku Saljuk. Saljuk bin Duqaq bersama seluruh anggota sukunya pindah dari daratan tinggi Kirghiz (Kazakhstan) ke Jandi di provinsi Bukhara, dan mereka mendiami wilayah tersebut atas izin penguasa Dinasti Samaniyah.  Ketika Dinasti Gaznawiyah (367 H/977 M-583 H/1187 M) mengalahkan Dinasti Samaniyah (Samanid), Saljuk membebaskan dan memerdekakan diri dan mantap menguasai wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh Dinasti Samaniyah. Berdirinya Dinasti Saljuk merupakan pertanda munculnya kekuasaan bangsa Turki di Timur Tengah.


B. Para penguasa/ sultan Saljuk adalah sebagai berikut :

1.Saljuk bin Duqaq 956 M-1009 M
2.Israil 1009 M-1032 M
3.Mikail 1032 M-1037 M
4.Thugril Beg 1037 M-1063 M
5.Alp Arselan 1063 M-1072 M
6.Malik Syah 1072 M-1092 M
7.Mahmud Malik Syah 1092 M-1094 M
8.Barkiyaruq bin Malik Syah 1094 M-1105 M
9.Malik Syah II 1105 M
10.Ghiyat Ad-Din Muhammad 1105 M-1118 M
11.Mahmud II 1118 M-1131 M
12.Daud 1131 M-1132 M
13.Thugril Beg II 1132 M-1134 M
14.Mas’ud 1134 M-1152 M
15.Malik Syah III 1152 M-1153 M
16.Muhammad II 1153 M-1160 M
17.Shah Sulaiman 1160 M-1161 M
18.Arslan Shah 1161 M-1176 M
19.Thugril Beg III 1176 M-1194 M

Saljuk bin Duqaq meninggalkan empat anak, yaitu Israil, Musa Bigu, Yunus, dan Mikail. Israil, yang menggantikan kedudukan ayahnya, tidak mampu menangkis serangan penguasa Daulah Ghaznawiyah. Oleh penggantinya, Mikail, orang-orang Saljuk dibawa melintasi daerah Jihun, kemudian menetap di Khurasan. Dalam peperangan yang sering terjadi antara Raja Samaniyah dan Khaniyah, Saljuk berpihak pada raja Samaniyah. Sebagai balas budi kepada mereka, Kerajaan Samaniyah memperolehkan mereka menyeberangi wilayahnya untuk menuju daerah pinggiran Sungai Sihun (Sungai Syirdarya, Kazakhstan), kemudian menempati kota Jund (daerah di sekitar Transoksania) untuk digunakan sebagai permukiman. Saljuk berkembang menjadi kuat, disegani, dan sangat teguh berpegang kepada ajaran Islam. 

Dalam perkembangan selanjutnya, Dinasti Saljuk di bawah kepemimpinan Thughril Beq berhasil mengalahkan Dinasti Gaznawiyah dan menguasai wilayah-wilayah yang sebelumnya di bawah kekuasaan Dinasti Ghazwiyah. Thughril Beq menduduki jabatan jabatan sultan dan secara resmi mendapat pengakuan dari Khalifah Abbasiyah di Bagdad. Daerah kekuasaan Thughril Beq meliputi Iran dan Transoksania, dan ia terus memperluas kekuasaannya hingga hamper ke seluruh Iran. Pada masa kejayaannya, Thughril Beg pada tahun 447 H/1055 M mengontrol kekhalifahan Abbasiyah. Thughril Beq berhasil mengembangkan Kerajaan Saljuk di wilayah Khurasan dan Transoksania, dan Dinasti ini semakin Berjaya dan berhasil menaklukkan wilayah-wilayah Persia hingga Fars yang merupakan pintu masuk ke Iraq. 

C.Perkembangan Dinasti Saljuk 

1.Masa Saljuk (956 M-1009 M)

Saljuk mempunyai ayah yang bernama Taklak, yang berasal dari Turkistan pada masa pemerintahan Raja Turki yang bernama Bigu. Taklak adalah seorang kepala suku yang sekaligus dijadikan tempat untuk meminta keputusan dalam masalah yang sulit bagi anak dan cucunya. Saljuk merupakan anak Taklak yang sangat dipercayai oleh Raja Turki, sehingga mendapatkan kepercayaan menjadi kepala perang. Saljuk tidak membuang kesempatan yang ada. Ia bersungguh-sungguh menjadi kepala perang yang baik sehingga dipercaya oleh raja dan disegani oleh pengikutnya. Semakin lama, pengikutnya semakin bertambah sehingga menimbulkan reaksi kepada permaisuri Raja Turki Bigu yang memberikan masukan kepada suaminya untuk membunuh Saljuk, karena pengaruh Saljuk semakin lama terus menjadi besar dan ditakutkan akan menjadi perang bagi raja. 

Maksud Rja Turki Bigu untuk membunuhnya terdengar oleh Saljuk. Oleh karena itu, semua pengikut dan sukunya berpindah ke tempat lain yang berada  di bawah kekuasaan Kerajaan Sabaktakin. Kedatangan mereka disambut baik oleh Sultan Mahmud, kemudian mereka diberi tanah dan wilayah. Saljuk diberi kepercayaan untuk mengikut perang. Semua pengikut Saljuk yang berada di bawah pemimpin Saljuk masuk agama Islam. Wilayah yang diberikan kepada Saljuk adalah wilayah Sihun. Dari sana, mereka senantiasa melancarkan serangan ke Negara-negara yang berada di bawah kekuasaan musuh lamanya yang bernama Bigu (Raja Turki).

Pada waktu itu terjadi perebutan kekuasaan untuk memperluas daerah antara Kerajaan Samaniyah dengan Harun ibn Ailah Khan. Harun adalah seorang pemuka Turki lain yang sedang meluaskan kekuasaan dan beberapa daerah dibawah kekuasaan Bani Saman telah dapat dikuasainya. Pemimpin Kerajaan Samaniyah mendapat akal, yaitu memukul Turki dengan Turki. Mereka meminta bantuan kepada Saljuk untuk memerangi Harun. Permintaan itu dikabulkan oleh Saljuk dan peperangan tersebut dipimpin putranya, Arselan. Mereka dapat mengusir Harun dan kekuasaan pun kembali ke tangan Bani Saman. 

Sejak itu, hubungan antara Bani Saman dengan Bani Saljuk semakin membaik. Samapi wafatnya, Saljuk tidak pernah berpisah dengan tentaranya. Ketika wafat, Saljuk meninggalkan tiga orang putra, yaitu Arselan, Mikail, dan Musa.

2.Masa Mikail (1032 M-1037 M)

Di antara ketiga putra Saljuk, Mikail terlebih dahulu menjadi kepada perang yang tewas di medan perang. Dia meninggalkan putra, yaitu Bigu. Thugril Beg, Muhammad, dan Jugri Bey Daud. Keempat pemimpin ini sangat dimuliakan dan ditaati oleh kaumnya. Akhirnya, mereka berkuasa di bagian Khurasan dan mendapat hubungan yang baik dengan pemimpin di sana, yaitu Abu Sahl Ahmad ibn Hasan Al-Hamduni. Abu Sahl menyerahkan negeri Dandankan di bawah kekuasaan mereka. Semakin lama, kekuasaan mereka semakin meluas dan sangat menakutkan, kemudian mereka bertemu dengan pasukan Raja Mas’ud ibn Mahmud ibn Sabaktakin, yang dulunya memberikan perlindungan kepada mereka. Mereka telah menjadi kuat sehingga Mas’ud tidak dapat bertahan dan dapat mereka kalahkan pada tahun 430 H. Kekuasaan mereka terus berkembang dan meluas, bukan di Khurasan lagi, melainkan telah mencapai Irak.

3.Masa Thugril Beg (1037 M-1063 M)

Di antara keempat putra Mikail, Thugril Beg merupakan penerus Mikail yang paling berkuasa. Ia mampu menguasai negeri Raj (sekarang menjadi Kota Teheran), kemudian perkembangannya diteruskan ke negeri Kazwin dengan cara berdamai. Setelah itu, dapat menaklukan negeri Hamdan dan akhirnya sampai ke Kota Baghdad.

Pada waktu itu, Baghdad tidak seperti Bagdad pada zaman Harun Ar-Rasyid. Kedudukan khalifah tidak mempunyai kekuasaan apa-apa. Kekuasaan nenek moyangnya telah dibagi-bagi oleh raja-raja yang berdiri sendiri, sedangkan Baghdad berada di bawah kekuasaan Bani Buwaihi.
Ketika kepimpinan dipegang oleh Thugril Beg, ia berhasil mengalahkan Mas’ud Al-Ghaznawi, penguasa Dinasti Ghaznawiyyah pada tahun 429 H/1036 M dan memaksanya meninggalkan daerah Khurasan.  Saat kepemimpinan Thugril Beg, Dinasti Saljuk memasuki Baghdad menggantikan Bani Buwaih. Sebelumnya, Thugril Beg berhasil merebut daerah Marwa dan Naisabur dari kekuasaan Ghaznawiyyah, Balkh, Jurjan, Tabaristan, Khawarizm, Ray, dan Isfahan.

Posisi dan kedudukan khalifah lebih baik setelah Dinasti Saljuk berkuasa. Paling tidak, kewibawaannya dalam bidang agama dikembalikan setelah beberapa lama dirampas oleh orang-orang Syi’ah. Meskipun dapat dikuasai, Baghdad tidak dijadikan sebagai pusat pemerintahan. Dinasti-dinasti kecil yang sebelumnya memisahkan diri, stelah ditaklukan Dinasti Saljuk, kembali mengakui kedudukan Baghdad, bahkan mereka menjaga keutuhan dan keamanan Abbasiyyah untuk membendung paham Syi’ah dan mengembangkan mazhab Sunni yang dianut mereka.  Setelah Thugril Beg meninggal, pemerintahan dilanjutkan oleh Alp Arselan. 

4.Masa Alp Arselan (1063 M-1072 M)

Pada tahun kedua pemerintahannya, Alp Arselan merebut Ani (ibu kota Armenia-Kristen), kemudian menduduki sebuah provinsi di Byzantium. Segera setelah itu, ia terlibat dalam pertarungan melawan Byzantium yang menjadi musuh abadinya dalam Pertempuran Manzikert. Pertempuran Manzikert antara Kekaisaran Byzantium versus pasukan Saljuk yang dipimpin oleh Alp Arselan terjadi pada tanggal 26 Agustus tahun 1071 di dekat Manzikert, Kerajaan Armenia (saat ini Malazgirt, Turki). Dalam pertempuran ini, Imperium Byzantium dapat dikalahkan oleh tentara Saljuk, dan Kaisar Romanos IV Diogenes ditangkap. Pertempuran Manzikert mempunyai arti penting dan strategis bagi kehancuran Byzantium, dan membuka jalan bagi orang-orang Turki ke Anatolia. Dalam kurun waktu 10 tahun sesudah pertempuran tersebut, Saljuk Turki merebut kota Nicaea yang berada di tepi Selat Bosporus, di seberang Konstantinopel, ibu kota Imperium Byzantium.  

Bagi Kekaisaran Byzantium, kekalahan dari pasukan Saljuk berdampak buruk karena setelah itu Negara dilanda konflik sipil dan krisis ekonomi yang menyebabkan melemahnya kemampuan Kekaisaran untuk menjaga dan mempertahankan wilayah perbatasan. Situasi ini menyebabkan membanjirnya imigran bangsa Turki ke Anatolia tengah, yang pada akhir tahun 1080, wilayah Saljuk sudah bertambah sekitar 78.000.000 km2.

Dalam kurun waktu 1077-1308 M, Saljuk Romawi termasuk bangsa Turki yang menguasai Anatolia. Pusat pemerintahan mereka berkedudukan di kota Nicea (Iznik), dan kemudian mulai tahun 1116 M pindah ke Konya. Dari dinasti induk ini, beberapa puak besar muncul sebagai gerak dinamika dan dialektika perjalanan sejarahnya. Setelah meraih kemenangan gilang-gemilang dalam Pertempuran Manzikert yang berakibat hancurnya Imperium Romawi Timur (Byzantium), dinasti ini mulai meluaskan wilayah kekuasaannya di Antakya (Antiokhia). Pendiri kerajaan ini, Qatalamsy (Qutulmisy) bin Alp Arselan, adalah salah satu kerabat penguasa Saljuk Thughril Beg. Putranya yang bernama Sulaiman I (1077-1078 M) berhasil menguasai Nicea (Iznik) pada tahun 1078 M. Sistem monarki ini terus berlangsung di Nicea atas perintah tokoh-tokoh Saljuk masa awal. 

Zaman pemerintahan Alp Arselan dipandang sebagai zaman yang berhasil dan sukses. Ia mempunyai pahlawan perang yang gagah, sangat menghormati ulama, dan mempunyai keinginanmemajukan ilmu pengetahuan. Banyak masjid yang ia dirikan dan banyak amal akhirat yang ia anjurkan, terutama kerana ia mempunyai seorang wazil nesar yang sangat bijaksana, Al-Wazir Nizam Al-Mulk. Atas anjurkan wazil inilah, berdiri Sekolah Tinggi Nizamiyah yang berpusat di Naisabur dengan cita-cita untuk membela kepercayaan kaum Sunni sebagai tandingan paham Syi’ah. Di Madrasah Nizamiyah inilah, muncul bintang-bintang Islam, seperti Imam Al-Haramain dan Imam Ghazali.  

5.Masa Malik Syah (1072 M-1092 M)

Setelah Alp Arselan meninggal, putanya Malik Syah naik takhta. Dia pun seorang raja besar seperti ayahnya, mempunyai jasa besar, dan sangat luas kerajaannya, sampai ke Kashgar (Singkiang) di Tiongkok, seperti Bukhara, Samarkhan, dan Khawarizm, sehingga pada zaman itu di Asia tidak ada sultan atau raja yang melebihi kehebatannya. 

Pada masa Malik Syah, wilayah kekuasaan Dinasti Saljuk ini sangat luas, yaitu membentang dari Kashgor, sebuah daerah di ujung daerah Turki, sempat ke Yerusalem. Wilayah yang luas itu dibagi menjadi lima bagian :

a.Saljuk Besar yang menguasai Khurasan, Ray, Jabal, Irak, Persia, dan Ahwaz. Saljuk Besar merupakan induk dari yang lain. Jumlah syekh yang memerintah ada 8 orang.

b.Saljuk Kirman berada di bawah kekuasaan keluarga Qawurt Bek ibn Dawud ibn Mikail ibn Saljuk. Jumlah syekh yang memerintah ada 12 orang.

c.Saljuk Syria, diperintah oleh keluarga Tutush ibn Alp Arselan ibn Daud ibn Mikail ibn Saljuk. Jumlah syekh yang memerintah ada 5 orang.

d.Saljuk Irak dan Kurdistan, pemimpin pertamanya adalah Mughirs Al-Din Mahmud. Saljuk ini secara berturut-turut diperintah oleh 9 syekh.

e.Saljuk Rum, diperintah oleh keluarga Qutlumish ibn Israil ibn Saljuk dengan jumlah syekh yang memrintah 17 orang.  

Ada sesuatu yang menjadi pelajaran bagi orang tentang kebaikan Malik Syah, yaitu ketika saudaranya mau memberontak dan merebut kekuasaan dari tagan Malik Syah. Pada suatu hari, setelah mengerjakan shalat Jumat, ia berjumpa dengan wazir besar Nizam Al-Mulk, lalu bertanya , “Jika kita menghadapi perlawanan saudara kita, apa yang harus kita kerjakan ?” Wazir menjawab, “Semoga baginda memperoleh kemenangan dan dapat menundukkan saudara baginda yang durhaka itu.”

Malik Syah menjawab, “Permohonanku kepada Tuhan berbeda dengan permohonanmu! Aku mohon biarlah saudaraku diberi kemenangan jika dia lebih layak dari padaku memegang kerajaan.”
Adapun seorang di antara selir Malik Syah yang sangat ia cintai menginginkan kemarian Malik Syah untuk mengangkat anaknya menjadi sultan. Akan tetapi, usaha tersebut tidak terlaksana karena Wazir Nizam Al-Mulk masih ada. Oleh karena itu, dibuat berbagai fitnah yang mengatakan bahwa Wazir ingin berkuasa di Negara dan akan membelokan kesultanan kepada keturunannya. Malik Syah terpengaruh terhadap hasutan tersebut, sehingga Wazir besar Ma’zulkan yang berjasa digantikan dengan wazir lain yang dapat dipengaruhi oleh kaum istana. Wazir tersebut, yang merasa khawatir jika Wazir besar Nizam Al-Mulk akan menjabat kembali, menyuruh orang untuk membunuh Wazir besar tersebut.

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa pembunuhann Azir besar itu melibatkan campur tangan kaum Isma’iiyah yang berada di bawah pimpinan Hasan Sabah. Semakin lama Malik Syah merasa bersalah terhadap perbuatannya, sehingga dia tidak mau lagi tinggal di kerajaan. Dia ingin memindahkan pusat kerajaan ke negeri Baghdad. Akan tetapi, 10 hari sebelum mendapat jawaban dari Khalifah Baghdad tentang kemungkinan pemindahan tersebut, Malik Syah meninggal dalam usia yang masih muda, yaitu 33 tahun. Banyak jasa yang ia tinggalkan dan perjuangkan lain yang ia lakukan bersama Wazir besar ketika mereka masih berhubungan baik. Ilmu pengetahuan sangat maju pada saat itu, terutama ilmu hisab dan ilmu falak. Pada waktu itu seorang sarjana menyusun “Taqwim Islamy” sebagai dasar pembelajaran ilmu falak yang terkenal dengan nama “Taqwim Al-Jlaliyah.”  Pada zaman Malik Syah, lahir pula penyair-filsuf-falaki, Omar Khayam.

6.Masa Mahmud (1092 M-1094 M)

Setelah Imam Malik Syah meninggal, cita-cita selir menaikkan putranya, Mahmud, meggantikan Malik Syah menjadi kenyataan, padahal putra selir itu paling kecil (485 H). Akan tetapi, kekuasaan Mahmud tidak berlangsung lama karena direbut oleh anak tertua Malik Syah, yaitu Barkiyaruq.

7.Masa Barkiyaruq (1094 M-1104 M)

Anak tertua Malik Syah, Barkiyaruq dapat merebut kekuasaan dari Mahmud dan ibunya terbunuh. Barkiyaruq naik takhta dengan gelar Ruknuddin Abul Muzaffar Barkiyaruq. 

8.Masa Malik Syah II (1105 M)

Pada zaman Malik Syah II mulailah Prang Salib dan dia ikut dalam peperangan itu. 

9.Masa Ghiyat Ad-Din Muhammad (1105 M-1118 M)

Putra Malik Syah II yang bergelar Ghiyat Ad-Din Muhammad naik menggantikannya. Akan tetapi, ia lemah dalam pemeritahannya, sehingga tidak dapat mencegah berbagai ancaman.

10.Masa Abu Haris Sanjar (1118 M-1128 M)

Selanjutnya, paman Ghiyat Ad-Din, Abu Haris Sanjar, putra Malik Syah I merebut kekuasaan dari tangan Ghiyat Ad-Din dan memulihkan kembali kebesaran Bani Saljuk. Ia pun mengangkat putra saudaranya sebagai wali di negeri yang lain. Ia berhasil mengangkat kembali kemegahan Bani Saljuk apabila tidak terjadi peperangan tersebut, beliau bersekap dan meninggal. 

D.Kehancuran Dinasti Saljuk

Pasca kematian Sultan Malik Syah dan Perdana Menteri Nizamul Muluk, kekuasaan Saljuk Agung mulai keropos. Revalitas dan perebutan kekuasaan di antara anggota keluarga memanas dan situasi ini diperburuk lagi dengan gerakan politik di setiap provinsi yang berhasil melepaskan diri dari pemerintahan pusat. Dinasti Saljuk terpecah belah. Salah satu pecahan utamanya adalah berdirinya Negara Irak Persia (1117-1194). Dinasti Saljuk Romawi di Iconium digantikan oleh Turki Utsmani pada tahun 1300. Dengan demikian, kekuatan dinasti ini tidak ada lagi. Ketika pasukan Mongol menyerang Baghdad, mereka tidak mampu mempertahankan Ibu kota itu. Dan, pada tahun 656 H/1258 M, jatuhlah Baghdad ke tangan Hulagu Khan, pemimpin pasukan Mongol.
  • Faktor-faktor internal dan eksternal menyumbang bagi keruntuhan kekuasaan Dinasti Saljuk. 

Pertama, rivalitas antarpemimpin Saljuk di Iraq, Syiria, dan Persia pasca kematian Malik Syah. Perebutan kekuasaan ini dipicu oleh persaingan antaradua orang anak Malik Syah, Ghiyathuddin Muhammad I dan Muizuddin Sanjar. Kemelut politik ini diperparah lagi dengan terjadinya berbagai kerusuhan di berbagai daerah. 

Kedua, pasca kematian tiga sultan (Thughril Beq, Alq Arselan, dan Malik Syah) dan pasca kematian Perdana Menteri (Wazir) Nizamul Muluk, Dinasti Saljuk tidak mempunyai tokoh pemimpin yang kuat dan memiliki integritas dan kapasitas yang mampu mengelola dan mengadministrasi Negara. 

Ketiga, praktik intervensi dan perebutan pengaruh para Atabeg (panglima, wali asuh para pangeran, dan Putra Mahkota Saljuk) yang semakin dominan dalam urusan Negara dan pemerintahan. Hal ini menyebabkan otoritas sultan semakin tergerus dan lemah. 

Keempat, gerakan perlawanan yang dilancarkan oleh kaum Syia’ah Ismailiyah (kelompok Hasyasyun/Assasins) pimpinan Hasan bin al-Sabah terhadap Dinasti Saljuk. Kaum Batiniyah ini merekrut para pengikutnya dan melatih mereka menjadi tentara pemberontak. Hasan dan tentaranya pada tahun 483 H/1092 M berhasil menguasai  banteng pertahanan Saljuk di kawasan pegunungan di dekat Laut Kaspia. Bahkan, komplotan mereka membunuh Wazir Nizamul Muluk pada tahun 485 H/1092 M. 

Kelima, penerapan sistem iqtha yang memberikan tanah-tanah yang dikuasai oleh Dinasti Saljuk kepada para panglima tentara. Praktik ini melahirkan golongan iqtha (kaum feudal dan tuan tanah) yang memeras kaum tani dengan mengenakan pajak hasil pertanian untuk mendapatkan keuntungan yang banyak dan mengupah buruh tani dengan upah yang sangat minim dan rendah. Praktik ini menyulut rasa tidak puas, antipasti, dan sakit hati kaum tani, dan mereka pun terpicu melakukan pemberontakan terhadap dinasti. 

Keenam, penerapan sistem otonomi semi-independen oleh Dinasti Saljuk membuka peluang bagi gubernur untuk memisahkan diri dari kekuasaan pusat menjadi Negara-negara kecil. Sistem ini menyebabkan terjadinya disintegrasi wilayah Saljuk. Wilayah-wilayah itu dibagi-bagi dan dikuasai oleh anggota keluarga Turki dan mereka memerintah dengan otonomi yang luas. Sementara itu, di sisi lain, terdapat kelemahan supervise dan koordinasi yang dilakukan oleh pemerintah pusat terhadap pemerintah provinsi. Jika pemerintah pusat melakukan tekanan terhadap pemerintah-pemerintah provinsi, para penguasa provinsi tidak mau tunduk dan bahkan mereka memberontak terhadap pemerintah pusat seperti yang terjadi di wilayah Khurasan dan Ghur.

Ketujuh, perang melawan tentara Byzantium-Kristen yang sangat mengurus tenaga, pikiran, dan waktu sehingga sangat melelahkan mental dan fisikal tentara Saljuk. Seretak dengan itu, pemerintah Saljuk mengeluarkan anggaran Negara yang sangat besar untuk membiayai perang pasukan Saljuk melawan tentara Byzantium. Pembelian senjata atau peralatan tempur, biaya hidup tentara, logistic militer, dan biaya ekspedisi pasukan, semua ini menyedot anggaran Negara yang sangat besar. 

Kedelapan, pengaruh serangan tentara Mongol. Pada masa akhir kekuasaannya, Dinasti Saljuk terlibat konflik internal yang menyebabkan dinasti ini menjadi sangat lemah. Ketika pasukan Mongol menyerang Baghdad, mereka tidak mampu mempertahankan ibu kota, dan pada tahun 656 H/1258 M jatuhlah Baghdad ke tangan pasukan Mongol pimpinan Hulagu Khan. Tentara Mongol melakukan penghancuran peradaban, melakukan pembunuhan penduduk, dan membantai Khalifah Mu’tashim dan sejumlah pengiringnya. Secara moral dan politik, Dinasti Saljuk saat itu sudah lemah, terpecah. Kekuatan pasukannya sudah sangat merosot, dan tidak mampu bangkit lagi. Akhirnya, Imperium Saljuk berakhir pada tahun 656 H/1258 M saat pasukan Mongol menyerbu dan menaklukkan Baghdad.





DAFTAR PUSTAKA

 Azra Azyumardi , (Pimpinan Redaksi).  Ensiklopedi Islam.
Ismail Prof. Dr. H. Faisal, M.A. , Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Klasik (Abad VII-XIII M). Yogyakarta:IRCiSoD. 2017,.
Sulasman Drs. H., M.Hum. & Suparman, M.Ag., Sejarah Islam Di Asia dan Eropa. Bandung:CV. Pustaka Setia.  2013,.
Yatim Badri. Sejarah Peradaban Islam
www.allaboutturkey.com.




Jumat, 02 Juni 2017

Beriman Kepada Allah





"Janganlah menghabiskan waktu untuk menunggu kapan tangga hidup anda berubah menjadi escalator yang bisa membawamu ke atas tanpa usaha. Itu tidak akan pernah terjadi. Anda harus melangkah ke atas menaiki tangga itu sendiri" (Ralph Marstone).



 Beriman Kepada Allah


 Iman artinya percaya. Iman kepada Allah artinya kita yakin dan percaya sepenuhnya tentang adanya Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa, pencipta dan penguasa tunggal alam semesta, pemilik segala keagungan dan kesempurnaan. Kepada Allah semua makhluk bergantungan dan memohon pertolongan, Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak sesuatu pun yang menyamainya.


Hikmahnya banyak sekali jika seseorang mau beriman kepada Allah SWT. Antara lain menurut Abul A'la Maududi adalah :
  1. Menghilangkan pandangan yang sempit dan licik karena merasa segala perbuatannya diketahui Allah baik yang terang-terangan maupun yang disembunyikan sekalipun di dalam hati.
  2. Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu pada harga diri.
  3. Menumbuhkan sifat rendah hati, sikap damai, dan ikhlas.
  4. Membentuk manusia berbudi luhur, dan kesatria.
  5. Menghilangkan sifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap masalah.
  6. Berpendirian teguh, sabar, tabah, dan penuh optimis, dan menjadikan manusia patuh pada segala peraturan Tuhan.

penelitian Mbah Kuwu Sangkan

Meneliti Petilasan Mbah Kuwu Sangkan (Raden Walangsungsang)    Nama   : Dewi Permata Sari Nim   : 1608301049 Ke...