Senin, 01 Januari 2018

penelitian Mbah Kuwu Sangkan






Meneliti Petilasan Mbah Kuwu Sangkan (Raden Walangsungsang)

 


 Nama   : Dewi Permata Sari
Nim   : 1608301049
Kelas  : SKI-B/3






FAKULTAS USHULLUDIN ADAB DAKWAH (UAD)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON
TAHUN AKADEMIK 2017/2018









Pendahuluan





Raden Walangsungsang yang bisa dianggap sebagai perintis kerajaan Cirebon. Beliaulah yang telah meletakkan fondasi system keperintahan kerajaan Cirebon serta merintisnya dengan cara terbuka dalam memerintah, sehingga Cirebon tumbuh dalam budaya multietnis. Raden Walangsungsang adalah orang Sunda yang berwawasan luas, karena selama beribadah haji dengan adiknya, telah mengenalkan Sang Raden dengan kerajaan-kerajaan Islam yang lebih maju. Ini berdampak pada Sang Raden dalam memerintah Cirebon dan memberikan dasar-dasar yang kuat bagi peberusnya. Sang Raden telah berhasil berperan sebagai tokoh transisi dalam perubahan system pemerintahan kerajaan di Jawa Barat, dari yang berdasarkan Hindu-Budha ke Islam. Perubahannya terjadi mulus dan tidak banyak menimbulkan friksi dan pertumpahan darah, sehingga Islam yang berkembang di Jawa Barat adalah Islam yang benar-benar membawa rahmat, berkah, kesejahteraan, dan keadilan. [1]
Raden Walangsungsang itu adalah anak pertama dari Prabu Siliwangi dari pernikahan dengan Nyi Mas Subanglarang, yaitu putrinya Mangkubumi Mertasinga Cirebon. Raden Walangsungsang atau Mbah Kuwu Sangkan dilahirkan pada tahun 1423 Masehi di keraton Pajajaran. Semasa mudanya bersama adik Nyi Mas Ratu Rara Santang pergi meninggalkan keraton Pajajaran, karena mereka memiliki keyakinan yang berbeda dengan ayahnya. [2]
Dalam mengembaraannya, mereka berdua mencari guru yang sesuai dengan petunjuk mimpinya. Mereka berdua mimpi bertemu dengan Nabi Muhammad SAW yang mengatakan agar mereka berdua agar mencari agama syari’at Islam yang dapat menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat. Akhirnya, mereka berdua bertemu guru atau berguru dengan Syekh Nurul Jati di Gunung Jati, beliau yang mampu mengajarkan syari’at Islam, yang diantaranya mengajarkan tantang dua kalimat syahadat, sholawat, membaca Al-Qur’an, dzikir, sholat, zakat, puasa, kitab fiqih, ibadah haji, umroh dan lain sebagainya.
Setelah sudah dianggap cukup menimba ilmu tentang syari’at Islam, akhirnya mereka diberi kesempatan oleh Syekh Nurul Jati untuk menyebarkan agama Islam dan membuka pemukiman baru baik di wilayah Cirebon dan wilayah sekitarnya.




 Pembahasan

            
Raden Walangsungsang adalah keturunnan dari kerajaan Pajajaran. Ayahnya yang bernama Prabu Siliwangi dan ibunya ialah Subanglarang. Raden Walangsungsang memiliki dua saudara yaitu Nyi Mas Ratu Rarasantang dan Pangeran Raja Sangara.
Raden Walangsungsang atau Mbah Kuwu Sangkan adalah pendiri kota Cirebon.  Yang menyebarkan agama Islam di kota Cirebon adalah beliau. Beliau juga mempunyai beberapa gelar nama yaitu :
1.      Ki Shomadullah
Dalam perjalananan mengembaranya yang spiritual, beliau beristirahat di rumah Ki Danuwarsih (seorang pendeta Budha). Beberapa hari kemudian datanglah Rarasantang adiknya yang juga sama dengan Raden Walangsungsang yang meninggalkan keraton, yang mencari kakaknya (Walangsungsang). Betapa bahagianya bertemu dengan adiknya, Raden Walangsungsang langsung memeluk dan menciumnya. Akibatnya menimbulkan kecemburuan bagi Nyi Endang Geulis, putrid dari Ki Danuwarsih. Ki Danuwarsih sendiri melihat tingkah laku putrinya, dan merestui putrinya menikah dengan Raden Walangsungsang.
Bersama istri dan adiknya, Raden Walangsungsang melanjutkan perjalanan. Kemudian mereka bermukim di tempat Syekh Datuk Kahfi untuk memperdalam agama Islam. Di tempat tersebut, Raden Walangsungsang diberi nama Ki Shomadullah. Syekh Datuk Kahfi atau dikenal juga dengan nama Syekh Idhopi, adalah penerus pemimpin pesantren Amparan Jati di Gunung Jati, menggantikan pemimpin pesantren sebelumnya bernama Syekh Nur Jati.
2.      Mbah Kuwu Cirebon
Beliau dianjurkan oleh gurunya, Raden Walangsungsang disuruh menemui Ki Gedeng Alang-alang atau Ki Gede Pengalang-alang) tujuan untuk membuka daerah baru. Raden Walangsungsang mendirikan Masjid yang bernama Sang Tajug Jalagrahan, sebagai tanda atau simbol pusat keagamaan, dan Masjid tersebut dikenal dengan Masjid Pejalagrahan. Daerah yang baru dibuka tersebut, dulu bernama Tegal Alang-alang, dan dikenal juga sebagai Kebon Pesisir, yang kelak dikenal sebagai pelabuhan Muara Jati. Dan lalu memindahkan pusat pemukiman ke pendukuhan Lemah Wungkuk.
Dalam perkembangan selanjutnya, dukuh Lemah Wungkuk menjadi sebuah kota dengan dukuh atau kampung lain di sekitarnya, dan diberi nama Cirebon atau Grage. Raden Walangsungsang dan Ki Gede Pengalang-alang adalah dwi tunggal yang tidak bisa dipisahkan. Ki Gede Pengalang-alang mendapat sebutan sebagai Kuwu Cirebon I, sedangkan Raden Walangsungsang juga mendapat sebutan sebagai Kuwu Cirebon II, dan Kuwu Cirebon II disebut dan dikenal Mbah Kuwu Sangkan Cirebon.
Hari jadi kota Cirebon ditandai pada tanggal 14 Kresna Paksa bulan Caitra tahun 1367 Saka atau bertepatan dengan 1 Muharam 849 Hijrah (8 April 1445 M).
3.      H. Abdullah Iman
Raden Walangsungsang dan Rara Santang dianjurkan oleh gurunya untuk pergi ke Tanah Suci. Di Mekah (Tanah Suci) ini, Raden Walangsungsang diberi gelar nama menjadi Haji Abdullah Iman. Sedangkan adiknya diberi gelar yang bernama menjadi Haji Syarifah Muda’im.
Kemudian adiknya Raden Walangsungsang menikah dengan Maulan Sultan Muhammad bergelar Syarif Abdullah keturunan Bani Hasyim putra Nurul Alim. Dan dari pernikahan tersebut, mereka memiliki anak yang bernama Maulana Syarif Hidayatullah atau dikenal sebagai Sunan Gunung Jati.
Raden Walangsungsang sempat bermikum selama 3 (tiga) bulan di Mekah (Tanah Suci). Selama di Tanah Suci, beliau belajar tasawuf dari Haji Bayanullah. Haji Bayanullah itu adalah seorang ulama yang sudah lama tinggal di Haramain. Selanjutnya, Raden Walangsungsang belajar fiqih di daerah Bagdad.
4.      Pangeran Cakra Buana
Kembali ke Tanah air, kemudian Raden Walangsungsang membangun atau mendirikan rumah besar. Tetapi, tak lama kemudian ada kabar bahwa kakeknya, Ki Gede Tapa (ayah dari Subanglarang) wafat. Raden Walangsungsang mendapatkan warisan berupa harta dan tahta di wilayah Mertasinga (Nagari Singapura), yang sebenarnaya jatuh kepada Subanglarang, ibunya.
Sedangkan Syahbandar Karawang dan pesantren Quro, diteruskan oleh cucunya yaitu Musanuddin. Musanuddin juga mempunyai beberapa nama gelar yaitu Lebe Musa, Lebe Uca, Syekh Bentong atau Syekh Gentong. Lebe adalah gelar yang diberi oleh masyarakat yang diberikan oleh para penghulu agung. Banyak yang menyatakan bahwa Syekh Gentong adalah anak angkat Syekh Quro. Sedangkan penghulu pertama di Karawang adalah Syekh Ahmad, Syekh Ahamad anak dari pernikahan antara  Syekh Quro dengan Ratna Sundari.
Raden Walangsungsang tidak meneruskan kekeuasaannya di Mertasinga. Beliau memindahakan harta warisannya di kota Cirebon. Rumah besar yang dimilikinya, dijadikan tempat keraton, yang sekarang dikenal dengan nama Keraton Pakungwati. Raden Walangsungsang pun membentuk pasukan, sebagai pakuan yang berdaulat, yang diberi nama Nagari Carubanlarang. Semenjak itu Raden Walangsungsang bergelar nama menjadi Pangeran Cakra Buana atau Cakra Bumi. Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi, merestui dengan memberikan gelar Sri Mangana, dan dianggap sebagai cara untuk melegistimasi kekuasaan Pangeran Cakra Buana.
5.      Mbah Kuwu Sangkan
Kedatangan Syarif Hidayatullah menandai era baru kekuasaan dan penyebaran Islam di Jawa Barat. Setelah berguru di berbagai guru, kemudian tiba di Jawa. Dengan sepertujuan Sunan Ampel dan para wali lainnya disarankan untuk menyebarkan agama Islam di Tatar Sunda. Syarif Hidayatullah pergi ke Caruban larangan dan bergabung dengan uwaknya.



Kuncen Petilasan Mbah Kuwu Sangkan
Nama  : Mamat
Umur : 51 thn

Beliau menjadi kuncen di Petilasan Mbah Kuwu Sangkan sudah sejak tahun 1976 dan sejak umur 6 tahun. Beliau mengetahui tentang jajaran Mbah Kuwu Sangkan.  Menurut beliau, Seorang Mbah Kuwu Sangkan inilah adalah seorang Putra Mahkota dari Kerajaan Pajajaran.  Mbah Kuwu Sangkan ini anak dari Prabu Siliwangi, Prabu Siliwangi mempunyai istri yang bernama Nyi Mas Subangrarang dan di karuniai anak 3, yaitu putra 2 dan putri 1. Putranya  Raden Mas Walangsungsang,  Raden Mas Kiansantang dan putrinya Nyi Mas Rarasantang. Adapun Raden Mas Walangsungsang adalah Mbah Kuwu Sangkan ini, beliau ini berguru dengan Ki Danuwarsih di Garut (kampung dadok). Setelah itu beliau dinikahkan dengan guru, gurunya mempunyai anak yang bernama Nyi Endang Geulis dan beliau disuruh mendatangi kota Cirebon, disuruh menemui Syekh Datul kahfi atau Syekh Nurjati. Dan setelah itu beliau diserahkan tahta oleh Pangeran Caruban menjadi raja Caruban yang pertama di Kasepuhan, barulah  beliau diberi gelar nama Pangeran Cakarbuana ( pangeran: mahkota, Cakra: gaman atau pisau, buana: dunia) dan beliau membangun Cirebon pada tahun 678 M. Beliau pergi ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji, beliau bertemu dengan gurunya Syekh Baitullah dan beliau mempunyai gelar nama Syekh Haji Abdul Iman.
Setelah beliau pulang ke Cirebon, beliau mengajarkan dan mendidik agama islam kepada anak-anak di Cirebon ini. Setelah itu beliau diberi  gelar Syekh Shomadullah,  dan beliau pulang ke Cirebon Girang ini, beliau diberi gelar sebagai Mbah Kuwu Sangkan.
Dulu Cirebon dikenal dengan tiga nama yaitu Caruban, Carebon dan Cirebon. Kenapa Cirebon karena Pertama, cahaya memancar di kota Cirebon, jadi cahaya keimanan ini ada di kota Cirebon dan banyak orang berburu agama atau masuk islam di kota Cirebon. Kedua, karena kulinernya sangat dikenal sekali dengan udangnya itu. Ketiga, caruban yaitu kampung yang penuh dengan perantauan jadi  banyak penduduk orang musiman atau orang yang bukan asli Cirebon.  Keempat, namanya puser bumi (puser: pusat, bumi: dunia) jadi dunia Cirebon waktu itu sangat mudah sekali perdagangnya, wisata sangat dikenal banyak orang China, Mongolia, dan Tunisia banyak sekali di Cirebon. Termasuk panglima dari Cengho ( China) namanya Laksana Cengho, Laksana Cengko yang membangun pelabuhan Cirebon . Mbah Kuwu ini wafatnya pada saat selesai membangun Cirebon.
Dialog
Saya : Pak, kan disini Petilasannya. Yang sebenarnya, Makam Mbah Kuwu Sangkan dimana?

Pak Tohir : jadi gini, sebenarnya dulu ini adalah rumah pemukinan Mbah Kuwu ketika menjelang wafatnya. Tetapi, Mbah Kuwu ini. Bukanya saya mengada-ada, Mbah Kuwu ini belum wafat seutuhnya. Jadi, sama dengan. Nabi ada yang belum wafat seutuhnya seperti Nabi Isa, Nabi Hidir.
Menurut beliau dan orang-orang yang berpengalaman: kalau sabtu rumah Syekh Kuro di karawang menemui kakeknya kan Nyi Subangrarang putrinya atau muridnya Syekh Kuro, kalau senin dan selasa di garut menemui mertuanya , dan kalau hari jumat di Cirebon Girang ini. Mbah Kuwu Sangkan atau dimakamkan di Gunung Jati bersama gurunya Syekh Nurjati.  Itu dimakamkannya ya, sekarang sebenernya Mbah Kuwu Sangkan belum wafat. Sama saja seperti Pati Gajah Mada dan Prabu Siliwangi.

Saya : Bagaimana Mbah Kuwu Sangkan menyembarkan agama Islam? 

Pak Tohir : Mbah Kuwu Sangkan ini, menyembarkan agama Islam dengan  budaya yang di Cirebon misalnya seperti nyayian (Cubek-cubek suweng) Cirebon, seni topeng, acara orang meninggal yang dikasih Sholawat, itu semua idenya Mbah Kuwu. 

Saya : Apa hubungannya Mbah Kuwu Sangkan dengan Sunan Gunung Jati?

Pak Tohir : Kalau Sunan Gunung Jati itu begini ya, kan Nyi Mas Rarasantang adiknya Mbah Kuwu Sangkan, beliau itu dinikahkan dengan Raja Mesir yang bernama Syekh Hud Maulana mempunyai anak dua  yaitu Syarif hidayatullah yang ada di Cirebon dan Syekh Maulana Magribi yang ada di Mesir. Jadi antara Mbah Kuwu dengan Sunan Gunung Jadi adalah keponakan, Sunan Gunung jati dinikahkan dengan anaknya Mbah Kuwu Sangkan yang bernama Nyi Mas Pakung Wati. Jadi tunggal cucu, sama-sama cucunya Prabu Siliwangi. 

Saya : Bagaimana Mbah Kuwu Sangkan Membangun kota Cirebon Pak? Apa tantangannya?

Pak Tohir : Tantangannya banyak sekali setiap kali, diantaranya bermusuhan denga orang yang Non-muslim, beliau itu sempat perselisihan dengan “Sang Yang Purba Kafir” (Sang Yang : orang sakti, Purba Kafir : tingkah lakunya seperti monyet) beliau sekarang bermukim di Raja Galuh sekitar dan beliau juga belu seutuhnya wafat. Bahkan Mbah Kuwu dalam petarungan dengan Sang Yang Purba Kafir. Mbah Kuwu dadanya terkena ajian sekar geni dan luka yang terkena ajian sekar geni ini diobati dengan gurunya Syekh DatulKahfi. Cirebon ini dulu Islam berkembang banyak orang yang tidak suka, contoh seperti kerangkeng sejak dulu didaerah tersebut menganut agama Islam karena itu kerangkeng itu tidak terima bahwasanya Cirebon megah. Dan akhirnya Ki Ageng Kerangkeng berperang dengan Mbah Kuwu, tetapi Ki Ageng Kerangkeng mengeluarkan ajian Raksasa dan dia memanggil pasukan (makhluk halus).

Saya : Mbah Kuwu itu, mempunyai anak berapa ? Pak.

Pak Tohir : Mbah Kuwu itu, mempunyai anak dua yaitu yang bernama Nyi Mas Pakung Wati yang menjadi istri Sunan Gunung Jati dan Syekh Abdul Rusmani yang ada di watu belah. Itu dari dua istri Mbah Kuwu yaitu Nyi Endang Geulis punya anaknya bernama Nyi Mas Pakung Wati dan Nyi Ratna Lilis punya anaknya yang bernama Syekh Abdul Rusmani.

Saya : Apakah benar Mbah Kuwu Sangkan menyukai hewan?

Pak Tohir : ya, ada macan samba, kebo dongkol bule karone, kucing candra mawan dan masih banyak yang lain, ini kelebihannya. Tetapi yang saya terangakan kucing candra mawan itu bisa menyembuhkan pasukan yang sudah gugur, jadi pasukan yang sudah gugur itu bisa hidup kembali jika di jilat dengan kucing tersebut. Kebo dongkol bule itu tanduknya ke depan, sedangkan macan itu sebenarnya masih ada di kesaepuhan,   setiap sabtu maning macan tersebut sering ke Cirebon Girang dan bahkan Pak Tohir ini dulunya waktu mudah pernah pinggulnya diraba-raba dengan ekor macan samba tersebut. 

Saya : Disini ada benda Pusaka atau benda peninggalan Mbah Kuwu Sangkan ?

Pak Tohir : Pusakanya itu disimpan di Keseapuhan. Diantaranya golok cabang, bende atau gong yang besar, baju waring. Baju waring itu terbuat dari waring tetapi baju tersebut mempunyai kelebihan, kelebihannya yaitu kalau memakai baju tersebut maka orang bisa menghilang selamanya, sedangakan gong itu kalau di pukul atau di tabuh maka banjir jama’ah pada sebuah misalnya ada dakwah.

Saya : Kalau petilasan Mbah Kuwu Sangkan dibukanya setiap hari apa ya Pak?

Pak Tohir : ya, setiap detik dibuka. Tetapi yang boleh masuk hanya juru kuncinya saja.








Murid Kuncen
Nama : Mamat
Usia : 40 tahun

Mbah Kuwu Sangkan adalah pendiri Cirebon. Nama aslinya Pangeran Walangsungsang. Merupakan keturunan Prabu Siliwangi (Raja Pajajaran) dan istrinya Nyai Mas Subanglarang/Subang Krancang (Putri Mangkubumi Mertasinga Cirebon). Dua saudaranya bernama Nyai Mas Ratu Rara Santang dan Pangeran Raja Sangara.
Demikian cerita asal usul keberadaan Caruban yang kini menjadi Cirebon yang dikemukakan oleh pak Tohir, tetapi pada penelitian yang kedua ini. Saya wawancarai pak Mamat (40), pak Mamat adalah murid dari pak Tohir. Pak Tohir adalah         seorang juru kunci Makam Kramat Talun Cirebon Girang Kabupaten Cirebon yang kini dijadikan salah satu destinasi wisata religi.
Menurut Mamat, Ketika mengembara dari kampung ke kampung, Mbah Kuwu Sangkan mendapat sebutan Pangeran Cakrabuana. Benda pusaka yang dimiliki adalah Golok Cabang, Klambi Waring, dan Manuk Sang Bango. Selain itu, binatang peliharaannya bernama Macan Samba, Kebo Dongkol Bulekarone, dan Kucing Sanggramawa.
Banyak peziarah datang dari berbagai kota. Sekadar untuk bermunajat, menyepi, atau beribadah di tempat yang pernah menjadi persinggahan wali Tuhan itu.
“Mbah Kuwu ini merupakan pelopor pertama yang mengadakan Maulid Nabi. Sehingga banyak orang datang berbondong-bondong demi mengalap berkah atau berdoa di sana. Dahulu tempat ini adalah hutan belantara yang dibabad dan dibangun sebuah pedukuhan,” ucap Mamat saat ditemui di dalam masjid yang kedua matanya tidak dapat melihat kepada Cirebon, Minggu.
Dahulu, konon selain sibuk menebang pohon, setiap malam Mbah Kuwu mencari Rebon di tepi laut. Lalu ditumbuk sampai halus hingga menjadi terasi. Lambat laun terasi menjadi populer. Banyak orang mencari dan membeli Rebon. Orang-orang Pasundan pun turut berduyun-duyun mengantre demi mendapatkan makanan berbau khas ini.
“Karena saking lamanya menunggu dan ingin cepat-cepat dilayani. Orang Pasundan mengucapkan kata “Geura age garagalna!” yang artinya cepat-cepat garagalnya. Dari situ terbentuklah kata Grage yang menjadi bahasa Cerbon (artinya cepatlah ditumbuk) tumbukan garagal (artinya Rebon dan ikan kecil). Sampai akhirnya, kabar tenarnya terasi sampai ke telinga Kerajaan Galuh,” paparnya lagi.
Sebagai seorang tokoh yang masyhur. Pangeran Walangsungsang banyak memberikan jasa dan pengabdian kepada masyarakatnya kala itu. Ia adalah orang pertama yang belajar agama Islam di Cirebon,  orang pertama yang menunaikan ibadah haji dari Cirebon, membangun tempat tinggal dan menjadi kuwu setelah Ki Geden Pengalang-alang wafat.
Ia juga menyebarkan ajaran agama Islam di Jawa hingga Nusantara, mengadakan tahlilan, memberikan slawat (uang dan nasi bungkus untuk pengubur jenazah), dan mendirikan kerajaan Islam. Yang hingga saat ini tradisi tahlilan dan slawat  menjadi adat masyarakat Cirebon. Sayangnya, tempat kramat itu kini dijadikan sebagai ladang pencari nafkah para pengemis.





Dan menurut Ibu-ibu yang berjualan di Petilasan Mbah Kuwu Sangkan tersebut.
Menurut ibu-ibu (pendagang), Mbah Kuwu Sangkan adalah seorang pendiri kota Cirebon. Beliau juga menyebarkan agama Islam, dan seorang pahlawan menurut mereka.


[1] Besta Besuki Kertawibawa. DINASTI RAJA PETAPA I PANGERAN CAKRABUANA SANG PERINTIS KERAJAAN CIREBON. PT Kiblat Buku Utama. Bandung. 2007., hlm 14-15
[2] Ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

penelitian Mbah Kuwu Sangkan

Meneliti Petilasan Mbah Kuwu Sangkan (Raden Walangsungsang)    Nama   : Dewi Permata Sari Nim   : 1608301049 Ke...