Meneliti Petilasan Mbah Kuwu Sangkan (Raden Walangsungsang)
Nama : Dewi Permata Sari
Nim : 1608301049
Kelas : SKI-B/3
FAKULTAS USHULLUDIN ADAB DAKWAH (UAD)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
TAHUN AKADEMIK
2017/2018
Pendahuluan
Raden Walangsungsang yang bisa dianggap sebagai perintis kerajaan
Cirebon. Beliaulah yang telah meletakkan fondasi system keperintahan kerajaan
Cirebon serta merintisnya dengan cara terbuka dalam memerintah, sehingga
Cirebon tumbuh dalam budaya multietnis. Raden Walangsungsang adalah orang Sunda
yang berwawasan luas, karena selama beribadah haji dengan adiknya, telah
mengenalkan Sang Raden dengan kerajaan-kerajaan Islam yang lebih maju. Ini
berdampak pada Sang Raden dalam memerintah Cirebon dan memberikan dasar-dasar
yang kuat bagi peberusnya. Sang Raden telah berhasil berperan sebagai tokoh
transisi dalam perubahan system pemerintahan kerajaan di Jawa Barat, dari yang
berdasarkan Hindu-Budha ke Islam. Perubahannya terjadi mulus dan tidak banyak menimbulkan
friksi dan pertumpahan darah, sehingga Islam yang berkembang di Jawa Barat
adalah Islam yang benar-benar membawa rahmat, berkah, kesejahteraan, dan
keadilan. [1]
Raden Walangsungsang itu adalah anak pertama dari Prabu Siliwangi
dari pernikahan dengan Nyi Mas Subanglarang, yaitu putrinya Mangkubumi
Mertasinga Cirebon. Raden Walangsungsang atau Mbah Kuwu Sangkan dilahirkan pada
tahun 1423 Masehi di keraton Pajajaran. Semasa mudanya bersama adik Nyi Mas
Ratu Rara Santang pergi meninggalkan keraton Pajajaran, karena mereka memiliki
keyakinan yang berbeda dengan ayahnya. [2]
Dalam mengembaraannya, mereka berdua mencari guru yang sesuai
dengan petunjuk mimpinya. Mereka berdua mimpi bertemu dengan Nabi Muhammad SAW
yang mengatakan agar mereka berdua agar mencari agama syari’at Islam yang dapat
menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat. Akhirnya, mereka berdua bertemu
guru atau berguru dengan Syekh Nurul Jati di Gunung Jati, beliau yang mampu
mengajarkan syari’at Islam, yang diantaranya mengajarkan tantang dua kalimat
syahadat, sholawat, membaca Al-Qur’an, dzikir, sholat, zakat, puasa, kitab
fiqih, ibadah haji, umroh dan lain sebagainya.
Setelah sudah dianggap cukup menimba ilmu tentang syari’at Islam,
akhirnya mereka diberi kesempatan oleh Syekh Nurul Jati untuk menyebarkan agama
Islam dan membuka pemukiman baru baik di wilayah Cirebon dan wilayah
sekitarnya.
Pembahasan
Raden Walangsungsang adalah keturunnan dari kerajaan Pajajaran.
Ayahnya yang bernama Prabu Siliwangi dan ibunya ialah Subanglarang. Raden
Walangsungsang memiliki dua saudara yaitu Nyi Mas Ratu Rarasantang dan Pangeran
Raja Sangara.
Raden Walangsungsang atau Mbah Kuwu Sangkan adalah pendiri kota
Cirebon. Yang menyebarkan agama Islam di
kota Cirebon adalah beliau. Beliau juga mempunyai beberapa gelar nama yaitu :
1.
Ki
Shomadullah
Dalam perjalananan mengembaranya yang spiritual, beliau
beristirahat di rumah Ki Danuwarsih (seorang pendeta Budha). Beberapa hari
kemudian datanglah Rarasantang adiknya yang juga sama dengan Raden
Walangsungsang yang meninggalkan keraton, yang mencari kakaknya
(Walangsungsang). Betapa bahagianya bertemu dengan adiknya, Raden Walangsungsang
langsung memeluk dan menciumnya. Akibatnya menimbulkan kecemburuan bagi Nyi
Endang Geulis, putrid dari Ki Danuwarsih. Ki Danuwarsih sendiri melihat tingkah
laku putrinya, dan merestui putrinya menikah dengan Raden Walangsungsang.
Bersama istri dan adiknya, Raden Walangsungsang melanjutkan
perjalanan. Kemudian mereka bermukim di tempat Syekh Datuk Kahfi untuk
memperdalam agama Islam. Di tempat tersebut, Raden Walangsungsang diberi nama
Ki Shomadullah. Syekh Datuk Kahfi atau dikenal juga dengan nama Syekh Idhopi,
adalah penerus pemimpin pesantren Amparan Jati di Gunung Jati, menggantikan
pemimpin pesantren sebelumnya bernama Syekh Nur Jati.
2.
Mbah
Kuwu Cirebon
Beliau dianjurkan oleh gurunya, Raden Walangsungsang disuruh
menemui Ki Gedeng Alang-alang atau Ki Gede Pengalang-alang) tujuan untuk
membuka daerah baru. Raden Walangsungsang mendirikan Masjid yang bernama Sang
Tajug Jalagrahan, sebagai tanda atau simbol pusat keagamaan, dan Masjid
tersebut dikenal dengan Masjid Pejalagrahan. Daerah yang baru dibuka tersebut,
dulu bernama Tegal Alang-alang, dan dikenal juga sebagai Kebon Pesisir, yang
kelak dikenal sebagai pelabuhan Muara Jati. Dan lalu memindahkan pusat
pemukiman ke pendukuhan Lemah Wungkuk.
Dalam perkembangan selanjutnya, dukuh Lemah Wungkuk menjadi sebuah
kota dengan dukuh atau kampung lain di sekitarnya, dan diberi nama Cirebon atau
Grage. Raden Walangsungsang dan Ki Gede Pengalang-alang adalah dwi tunggal yang
tidak bisa dipisahkan. Ki Gede Pengalang-alang mendapat sebutan sebagai Kuwu
Cirebon I, sedangkan Raden Walangsungsang juga mendapat sebutan sebagai Kuwu
Cirebon II, dan Kuwu Cirebon II disebut dan dikenal Mbah Kuwu Sangkan Cirebon.
Hari jadi kota Cirebon ditandai pada tanggal 14 Kresna Paksa bulan
Caitra tahun 1367 Saka atau bertepatan dengan 1 Muharam 849 Hijrah (8 April
1445 M).
3.
H.
Abdullah Iman
Raden Walangsungsang dan Rara Santang dianjurkan oleh gurunya untuk
pergi ke Tanah Suci. Di Mekah (Tanah Suci) ini, Raden Walangsungsang diberi
gelar nama menjadi Haji Abdullah Iman. Sedangkan adiknya diberi gelar yang
bernama menjadi Haji Syarifah Muda’im.
Kemudian adiknya Raden Walangsungsang menikah dengan Maulan Sultan
Muhammad bergelar Syarif Abdullah keturunan Bani Hasyim putra Nurul Alim. Dan
dari pernikahan tersebut, mereka memiliki anak yang bernama Maulana Syarif
Hidayatullah atau dikenal sebagai Sunan Gunung Jati.
Raden Walangsungsang sempat bermikum selama 3 (tiga) bulan di Mekah
(Tanah Suci). Selama di Tanah Suci, beliau belajar tasawuf dari Haji
Bayanullah. Haji Bayanullah itu adalah seorang ulama yang sudah lama tinggal di
Haramain. Selanjutnya, Raden Walangsungsang belajar fiqih di daerah Bagdad.
4.
Pangeran
Cakra Buana
Kembali ke Tanah air, kemudian Raden Walangsungsang membangun atau
mendirikan rumah besar. Tetapi, tak lama kemudian ada kabar bahwa kakeknya, Ki
Gede Tapa (ayah dari Subanglarang) wafat. Raden Walangsungsang mendapatkan
warisan berupa harta dan tahta di wilayah Mertasinga (Nagari Singapura), yang
sebenarnaya jatuh kepada Subanglarang, ibunya.
Sedangkan Syahbandar Karawang dan pesantren Quro, diteruskan oleh
cucunya yaitu Musanuddin. Musanuddin juga mempunyai beberapa nama gelar yaitu
Lebe Musa, Lebe Uca, Syekh Bentong atau Syekh Gentong. Lebe adalah gelar yang
diberi oleh masyarakat yang diberikan oleh para penghulu agung. Banyak yang
menyatakan bahwa Syekh Gentong adalah anak angkat Syekh Quro. Sedangkan
penghulu pertama di Karawang adalah Syekh Ahmad, Syekh Ahamad anak dari
pernikahan antara Syekh Quro dengan
Ratna Sundari.
Raden Walangsungsang tidak meneruskan kekeuasaannya di Mertasinga.
Beliau memindahakan harta warisannya di kota Cirebon. Rumah besar yang
dimilikinya, dijadikan tempat keraton, yang sekarang dikenal dengan nama
Keraton Pakungwati. Raden Walangsungsang pun membentuk pasukan, sebagai pakuan
yang berdaulat, yang diberi nama Nagari Carubanlarang. Semenjak itu Raden
Walangsungsang bergelar nama menjadi Pangeran Cakra Buana atau Cakra Bumi. Raja
Pajajaran, Prabu Siliwangi, merestui dengan memberikan gelar Sri Mangana, dan
dianggap sebagai cara untuk melegistimasi kekuasaan Pangeran Cakra Buana.
5.
Mbah
Kuwu Sangkan
Kedatangan Syarif Hidayatullah menandai era baru kekuasaan dan
penyebaran Islam di Jawa Barat. Setelah berguru di berbagai guru, kemudian tiba
di Jawa. Dengan sepertujuan Sunan Ampel dan para wali lainnya disarankan untuk
menyebarkan agama Islam di Tatar Sunda. Syarif Hidayatullah pergi ke Caruban
larangan dan bergabung dengan uwaknya.
Kuncen
Petilasan Mbah Kuwu Sangkan
Nama : Mamat
Umur
: 51 thn
Beliau menjadi kuncen di Petilasan Mbah Kuwu Sangkan sudah sejak
tahun 1976 dan sejak umur 6 tahun. Beliau mengetahui tentang jajaran Mbah Kuwu
Sangkan. Menurut beliau, Seorang Mbah
Kuwu Sangkan inilah adalah seorang Putra Mahkota dari Kerajaan Pajajaran. Mbah Kuwu Sangkan ini anak dari Prabu
Siliwangi, Prabu Siliwangi mempunyai istri yang bernama Nyi Mas Subangrarang
dan di karuniai anak 3, yaitu putra 2 dan putri 1. Putranya Raden Mas Walangsungsang, Raden Mas Kiansantang dan putrinya Nyi Mas
Rarasantang. Adapun Raden Mas Walangsungsang adalah Mbah Kuwu Sangkan ini, beliau
ini berguru dengan Ki Danuwarsih di Garut (kampung dadok). Setelah itu beliau
dinikahkan dengan guru, gurunya mempunyai anak yang bernama Nyi Endang Geulis
dan beliau disuruh mendatangi kota Cirebon, disuruh menemui Syekh Datul kahfi
atau Syekh Nurjati. Dan setelah itu beliau diserahkan tahta oleh Pangeran
Caruban menjadi raja Caruban yang pertama di Kasepuhan, barulah beliau diberi gelar nama Pangeran Cakarbuana (
pangeran: mahkota, Cakra: gaman atau pisau, buana: dunia) dan beliau membangun
Cirebon pada tahun 678 M. Beliau pergi ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah
haji, beliau bertemu dengan gurunya Syekh Baitullah dan beliau mempunyai gelar
nama Syekh Haji Abdul Iman.
Setelah beliau pulang ke Cirebon, beliau mengajarkan dan mendidik
agama islam kepada anak-anak di Cirebon ini. Setelah itu beliau diberi gelar Syekh Shomadullah, dan beliau pulang ke Cirebon Girang ini,
beliau diberi gelar sebagai Mbah Kuwu Sangkan.
Dulu Cirebon dikenal dengan tiga nama yaitu Caruban, Carebon dan
Cirebon. Kenapa Cirebon karena Pertama, cahaya memancar di kota Cirebon, jadi
cahaya keimanan ini ada di kota Cirebon dan banyak orang berburu agama atau
masuk islam di kota Cirebon. Kedua, karena kulinernya sangat dikenal sekali
dengan udangnya itu. Ketiga, caruban yaitu kampung yang penuh dengan perantauan
jadi banyak penduduk orang musiman atau
orang yang bukan asli Cirebon. Keempat,
namanya puser bumi (puser: pusat, bumi: dunia) jadi dunia Cirebon waktu itu
sangat mudah sekali perdagangnya, wisata sangat dikenal banyak orang China,
Mongolia, dan Tunisia banyak sekali di Cirebon. Termasuk panglima dari Cengho (
China) namanya Laksana Cengho, Laksana Cengko yang membangun pelabuhan Cirebon
. Mbah Kuwu ini wafatnya pada saat selesai membangun Cirebon.
Dialog
Saya
: Pak, kan disini Petilasannya. Yang sebenarnya, Makam Mbah Kuwu Sangkan
dimana?
Pak
Tohir : jadi gini, sebenarnya dulu ini adalah rumah pemukinan Mbah Kuwu ketika
menjelang wafatnya. Tetapi, Mbah Kuwu ini. Bukanya saya mengada-ada, Mbah Kuwu
ini belum wafat seutuhnya. Jadi, sama dengan. Nabi ada yang belum wafat
seutuhnya seperti Nabi Isa, Nabi Hidir.
Menurut
beliau dan orang-orang yang berpengalaman: kalau sabtu rumah Syekh Kuro di
karawang menemui kakeknya kan Nyi Subangrarang putrinya atau muridnya Syekh
Kuro, kalau senin dan selasa di garut menemui mertuanya , dan kalau hari jumat di
Cirebon Girang ini. Mbah Kuwu Sangkan atau dimakamkan di Gunung Jati bersama
gurunya Syekh Nurjati. Itu dimakamkannya
ya, sekarang sebenernya Mbah Kuwu Sangkan belum wafat. Sama saja seperti Pati
Gajah Mada dan Prabu Siliwangi.
Saya
: Bagaimana Mbah Kuwu Sangkan menyembarkan agama Islam?
Pak
Tohir : Mbah Kuwu Sangkan ini, menyembarkan agama Islam dengan budaya yang di Cirebon misalnya seperti
nyayian (Cubek-cubek suweng) Cirebon, seni topeng, acara orang meninggal yang
dikasih Sholawat, itu semua idenya Mbah Kuwu.
Saya
: Apa hubungannya Mbah Kuwu Sangkan dengan Sunan Gunung Jati?
Pak
Tohir : Kalau Sunan Gunung Jati itu begini ya, kan Nyi Mas Rarasantang adiknya
Mbah Kuwu Sangkan, beliau itu dinikahkan dengan Raja Mesir yang bernama Syekh
Hud Maulana mempunyai anak dua yaitu
Syarif hidayatullah yang ada di Cirebon dan Syekh Maulana Magribi yang ada di
Mesir. Jadi antara Mbah Kuwu dengan Sunan Gunung Jadi adalah keponakan, Sunan
Gunung jati dinikahkan dengan anaknya Mbah Kuwu Sangkan yang bernama Nyi Mas
Pakung Wati. Jadi tunggal cucu, sama-sama cucunya Prabu Siliwangi.
Saya
: Bagaimana Mbah Kuwu Sangkan Membangun kota Cirebon Pak? Apa tantangannya?
Pak
Tohir : Tantangannya banyak sekali setiap kali, diantaranya bermusuhan denga
orang yang Non-muslim, beliau itu sempat perselisihan dengan “Sang Yang Purba
Kafir” (Sang Yang : orang sakti, Purba Kafir : tingkah lakunya seperti monyet)
beliau sekarang bermukim di Raja Galuh sekitar dan beliau juga belu seutuhnya
wafat. Bahkan Mbah Kuwu dalam petarungan dengan Sang Yang Purba Kafir. Mbah
Kuwu dadanya terkena ajian sekar geni dan luka yang terkena ajian sekar geni
ini diobati dengan gurunya Syekh DatulKahfi. Cirebon ini dulu Islam berkembang
banyak orang yang tidak suka, contoh seperti kerangkeng sejak dulu didaerah
tersebut menganut agama Islam karena itu kerangkeng itu tidak terima bahwasanya
Cirebon megah. Dan akhirnya Ki Ageng Kerangkeng berperang dengan Mbah Kuwu,
tetapi Ki Ageng Kerangkeng mengeluarkan ajian Raksasa dan dia memanggil pasukan
(makhluk halus).
Saya
: Mbah Kuwu itu, mempunyai anak berapa ? Pak.
Pak
Tohir : Mbah Kuwu itu, mempunyai anak dua yaitu yang bernama Nyi Mas Pakung
Wati yang menjadi istri Sunan Gunung Jati dan Syekh Abdul Rusmani yang ada di
watu belah. Itu dari dua istri Mbah Kuwu yaitu Nyi Endang Geulis punya anaknya
bernama Nyi Mas Pakung Wati dan Nyi Ratna Lilis punya anaknya yang bernama
Syekh Abdul Rusmani.
Saya
: Apakah benar Mbah Kuwu Sangkan menyukai hewan?
Pak
Tohir : ya, ada macan samba, kebo dongkol bule karone, kucing candra mawan dan
masih banyak yang lain, ini kelebihannya. Tetapi yang saya terangakan kucing
candra mawan itu bisa menyembuhkan pasukan yang sudah gugur, jadi pasukan yang
sudah gugur itu bisa hidup kembali jika di jilat dengan kucing tersebut. Kebo
dongkol bule itu tanduknya ke depan, sedangkan macan itu sebenarnya masih ada
di kesaepuhan, setiap sabtu maning
macan tersebut sering ke Cirebon Girang dan bahkan Pak Tohir ini dulunya waktu
mudah pernah pinggulnya diraba-raba dengan ekor macan samba tersebut.
Saya
: Disini ada benda Pusaka atau benda peninggalan Mbah Kuwu Sangkan ?
Pak
Tohir : Pusakanya itu disimpan di Keseapuhan. Diantaranya golok cabang, bende
atau gong yang besar, baju waring. Baju waring itu terbuat dari waring tetapi
baju tersebut mempunyai kelebihan, kelebihannya yaitu kalau memakai baju
tersebut maka orang bisa menghilang selamanya, sedangakan gong itu kalau di
pukul atau di tabuh maka banjir jama’ah pada sebuah misalnya ada dakwah.
Saya
: Kalau petilasan Mbah Kuwu Sangkan dibukanya setiap hari apa ya Pak?
Pak
Tohir : ya, setiap detik dibuka. Tetapi yang boleh masuk hanya juru kuncinya
saja.
Murid
Kuncen
Nama
: Mamat
Usia
: 40 tahun
Mbah Kuwu Sangkan
adalah pendiri Cirebon. Nama aslinya Pangeran Walangsungsang. Merupakan
keturunan Prabu Siliwangi (Raja Pajajaran) dan istrinya Nyai Mas
Subanglarang/Subang Krancang (Putri Mangkubumi Mertasinga Cirebon). Dua
saudaranya bernama Nyai Mas Ratu Rara Santang dan Pangeran Raja Sangara.
Demikian cerita asal
usul keberadaan Caruban yang kini menjadi Cirebon yang dikemukakan oleh pak
Tohir, tetapi pada penelitian yang kedua ini. Saya wawancarai pak Mamat (40),
pak Mamat adalah murid dari pak Tohir. Pak Tohir adalah seorang juru kunci Makam Kramat Talun Cirebon Girang
Kabupaten Cirebon yang kini dijadikan salah satu destinasi wisata religi.
Menurut Mamat,
Ketika mengembara dari kampung ke kampung, Mbah Kuwu Sangkan mendapat sebutan
Pangeran Cakrabuana. Benda pusaka yang dimiliki adalah Golok Cabang, Klambi
Waring, dan Manuk Sang Bango. Selain itu, binatang peliharaannya bernama Macan
Samba, Kebo Dongkol Bulekarone, dan Kucing Sanggramawa.
Banyak peziarah
datang dari berbagai kota. Sekadar untuk bermunajat, menyepi, atau beribadah di
tempat yang pernah menjadi persinggahan wali Tuhan itu.
“Mbah Kuwu ini
merupakan pelopor pertama yang mengadakan Maulid Nabi. Sehingga banyak orang
datang berbondong-bondong demi mengalap berkah atau berdoa di sana. Dahulu tempat
ini adalah hutan belantara yang dibabad dan dibangun sebuah pedukuhan,” ucap
Mamat saat ditemui di dalam masjid yang kedua matanya tidak dapat melihat
kepada Cirebon, Minggu.
Dahulu, konon selain
sibuk menebang pohon, setiap malam Mbah Kuwu mencari Rebon di tepi laut. Lalu
ditumbuk sampai halus hingga menjadi terasi. Lambat laun terasi menjadi
populer. Banyak orang mencari dan membeli Rebon. Orang-orang Pasundan pun turut
berduyun-duyun mengantre demi mendapatkan makanan berbau khas ini.
“Karena saking lamanya
menunggu dan ingin cepat-cepat dilayani. Orang Pasundan mengucapkan kata “Geura
age garagalna!” yang artinya cepat-cepat garagalnya. Dari situ terbentuklah
kata Grage yang menjadi bahasa Cerbon (artinya cepatlah ditumbuk) tumbukan
garagal (artinya Rebon dan ikan kecil). Sampai akhirnya, kabar tenarnya terasi
sampai ke telinga Kerajaan Galuh,” paparnya lagi.
Sebagai seorang
tokoh yang masyhur. Pangeran Walangsungsang banyak memberikan jasa dan
pengabdian kepada masyarakatnya kala itu. Ia adalah orang pertama yang belajar
agama Islam di Cirebon, orang pertama yang menunaikan ibadah haji dari
Cirebon, membangun tempat tinggal dan menjadi kuwu setelah Ki Geden
Pengalang-alang wafat.
Ia juga menyebarkan ajaran agama Islam di Jawa hingga Nusantara, mengadakan
tahlilan, memberikan slawat (uang dan nasi bungkus untuk pengubur jenazah), dan
mendirikan kerajaan Islam. Yang hingga saat ini tradisi tahlilan dan
slawat menjadi adat masyarakat Cirebon. Sayangnya, tempat kramat itu kini
dijadikan sebagai ladang pencari nafkah para pengemis.
Dan menurut Ibu-ibu
yang berjualan di Petilasan Mbah Kuwu Sangkan tersebut.
Menurut ibu-ibu (pendagang), Mbah Kuwu Sangkan adalah seorang pendiri
kota Cirebon. Beliau juga menyebarkan agama Islam, dan seorang pahlawan menurut
mereka.
[1]
Besta Besuki Kertawibawa. DINASTI RAJA PETAPA I PANGERAN CAKRABUANA SANG
PERINTIS KERAJAAN CIREBON. PT Kiblat Buku Utama. Bandung. 2007., hlm 14-15
[2]
Ibid